Jumat, 06 April 2012

Sistem Operasi


Utilitas
 Utilitas adalah program-program bantu yang bertujuan untuk mengatur konfigurasi komputer, menjaga komputer dari serangan virus dan hacker, menyelamatkan data dan sebagainya. Program jenis ini umumnya tidak banyak melibatkan pemakai dalam penggunaannya, tetapi bekerja sendiri sesuai dengan perintah atau fungsinya.
Contoh program utilitas yang terkenal yaitu: Windows Explorer,
anti virus, Backup, Disk Defragmenter dan lain-lain.

Bandwidth
 Kapasitas/sarana untuk membawa data dari media. Bandwidth Digital mengukur jumlah informasi yang dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain dalam jumlah waktu tertentu. Bandwidth biasanya diukur dalam kilobit per detik (kbps) atau megabits per detik (Mbps).

Throughput
 Throughput adalah ukuran dari transfer bit di media selama jangka waktu tertentu. Karena sejumlah faktor, throughput biasanya tidak sesuai dengan bandwidth yang ditentukan dalam implementasi lapisan fisik seperti Ethernet. Banyak faktor yang mempengaruhi throughput. Diantara faktor-faktor tersebut jumlah lalu lintas, jenis lalu lintas, dan jumlah perangkat jaringan ditemui pada jaringan yang diukur. Dalam topologi multi-access seperti Ethernet, node bersaing untuk akses media dan penggunaannya. Oleh karena itu, throughput masing node terdegradasi penggunaan media meningkat.
Dalam internetwork atau jaringan dengan beberapa segmen, throughput tidak bisa lebih cepat dari link paling lambat path dari sumber ke tujuan. Bahkan jika semua atau sebagian besar segmen memiliki bandwidth yang tinggi, itu hanya akan mengambil satu segmen dalam jalur dengan throughput yang rendah untuk menciptakan hambatan ke throughput seluruh jaringa
 
Turn Around Time
 Turn Around Time adalah proses waktu yang diperlukan untuk mengubah arah pengiriman pada sistem komunikasi saat beroperasi. Dalam beberapa hal, turn around time berkisar sampai beberapa milidetik, apabila sering terjadi akan menurunkan unjuk kerja rangkaian komunikasi.

Waiting time
 Waiting time adalah waktu yang dibutuhkan suatu proses selama menunggu di ready queue. Semakin kecil waiting time, semakin baik.

Response time
 Response time adalah waktu yang dibutuhkan sejak suatu proses datang me-request sampai proses itu menerima response pertama. Semakin kecil response time, semakin baik.

First-Come, First-Served Scheduling (FCFS) 

             FCFS memilih proses berdasarkan urutan waktu me-request CPU. Proses yang me-request CPU lebih dahulu akan mendapatkan jatah CPU lebih dahulu. Skema FIFO (First In First Out) adalah non-preemptive.
Algoritma ini memungkinkan terjadinya convoy effect : proses yang waktu eksekusinya sebentar (CPU burst time-nya kecil) menunggu terlalu lama karena didahului oleh proses yang waktu eksekusinya lama (CPU burst time-nya besar). FCFS tidak cocok untuk sistem time-sharing.
Kelebihan dan kekurangan:
1. Adil, dalam arti resmi (proses yang datang duluan akan dilayani lebih dulu), tapi dinyatakan tidak adil karena job-job yang perlu waktu lama membuat job-job pendek menunggu. Job-job yang tidak penting dapat membuat job-job penting menunggu lama.
2. Efisiensi, sangat efisien.
3. Waktu tanggap sangat jelek, tidak cocok untuk sistem interaktif apalagi untuk sistem waktu nyata.
4. Turn around time kurang baik.
5. Throughtput kurang baik. FIFO jarang digunakan secara mandiri, tetapi dikombinasikan dengan skema lain.
6. Baik untuk sistem batch yang sangat jarang berinteraksi dengan pemakai.
    Contoh : aplikasi analisis numerik, maupun pembuatan tabel.
7. Sangat tidak baik (tidak berguna) untuk sistem interaktif, karena tidak memberi waktu tanggap yang baik.
8. Tidak dapat digunakan untuk sistem waktu nyata (real-time applications).

Shortest-Job-First Scheduling (SJF)
Penjadwalan ini mengasumsikan waktu berjalannya proses sampai selesai telah diketahui sebelumnya. Mekanismenya adalah menjadwalkan proses dengan waktu jalan terpendek lebih dulu sampai selesai, sehingga memberikan efisiensi yang tinggi dan turn around time rendah dan penjadwalannya tak berprioritas.
Ada beberapa kekurangan dari algoritma ini yaitu:
1. Susahnya untuk memprediksi burst time proses yang akan dieksekusi selanjutnya.
2. Proses yang mempunyai burst time yang besar akan memiliki waiting time yang besar pula karena yang dieksekusi terlebih dahulu adalah proses dengan burst time yang lebih kecil.
Contoh :
Terdapat empat proses (job) yaitu A,B,C,D dengan waktu jalannya masing-masing adalah 8,4,4 dan 4 menit. Apabila proses-proses tersebut dijalankan, maka turn around time untuk A adalah 8 menit, untuk B adalah 12, untuk C adalah 16 dan untuk D adalah 20. Apabila keempat proses tersebut menggunakan penjadwalan shortest job fisrt, maka turn around time untuk B adalah 4, untuk C adalah 8, untuk D adalah 12 dan untuk A adalah 20.

Prioritas Scheduling
Pada algoritma ini setiap proses diberi prioritas. Jatah CPU diberikan pada proses dengan prioritas tertinggi. Dua skema dalam algoritma ini :
Preemptive : proses dapat diinterupsi jika terdapat proses dengan prioritas lebih tinggi.
Nonpreemptive : proses tidak dapat diinterupsi.
SFF merupakan prioritas scheduling dimana yang menjadi prioritas adalah next CPU burst proses. Algoritma ini memungkinkan terjadinya starvation : proses dengan prioritas rendah bisa jadi tidak pernah dieksekusi.
Keunggulan :
1. Mudah diimplementasikan.
2. Mempunyai overhead relatif kecil.
Kelemahan :
1. Tidak tanggap terhadap perubahan lingkungan yang mungkin menghendaki penyesuaian prioritas.
2. dapat terjadinya indefinite blocking( starvation). Suatu proses dengan prioritas yang rendah memiliki kemungkinan untuk tidak dieksekusi jika terdapat proses lain yang memiliki prioritas lebih tinggi darinya.

Round-Robin Scheduling (RR)
Setiap proses mendapat jatah waktu CPU (time slice/quantum) tertentu misalkan 10 atau 100 milidetik. Setelah waktu tersebut maka proses akan di-preempt dan dipindahkan ke ready queue. Jika terdapat n proses di ready queue dan waktu quantum q (milidetik), maka setiap proses akan mendapatkan 1/n dari waktu CPU. Proses tidak akan menunggu lebih lama dari: (n-1)q satuan waktu.

Multi Level Queue          
            Algoritma ini pun memiliki kelemahan yang sama dengan priority scheduling, yaitu sangat mungkin bahwa suatu proses pada queue dengan prioritas rendah bisa saja tidak mendapat jatah CPU. Untuk mengatasi hal tersebut, salah satu caranya adalah dengan memodifikasi algoritma ini dengan adanya jatah waktu maksimal untuk tiap antrian, sehingga jika suatu antrian memakan terlalu banyak waktu, maka prosesnya akan dihentikan dan digantikan oleh antrian dibawahnya, dan tentu saja batas waktu untuk tiap antrian bisa saja sangat berbeda tergantung pada prioritas masing-masing antrian.

Multiple Feedback Queues (MFQ)
            Merupakan penjadwalan berprioritas dinamis. Penjadwalan ini untuk mencegah (mengurangi) banyaknya swappingdengan proses-proses yang sangat banyak menggunakan pemroses (karena menyelesaikan tugasnya memakan waktu lama) diberi jatah waktu (jumlah kwanta) lebih banyak dalam satu waktu. Penjadwalan ini juga menghendaki kelas-kelas prioritas bagi proses-proses yang ada. Kelas tertinggi berjalan selama satu kwanta, kelas berikutnya berjalan selama dua kwanta, kelas berikutnya berjalan empat kwanta, dan seterusnya. Ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut :

1.      Jalankan proses pada kelas tertinggi.

2.      Jika proses menggunakan seluruh kwanta yang dialokasikan, maka diturunkan kelas prioritasnya.

3.      Proses yang masuk untuk pertama kali ke sistem langsung diberi kelas tertinggi.

               Mekanisme ini mencegah proses yang perlu berjalan lama swapping berkali-kali dan mencegah proses-proses interaktif yang singkat harus menunggu lama.


1 komentar:

Shikamaru Nara mengatakan...

yuhuu...bermanfaat min
pinset 3in1

Posting Komentar